Sabtu, 03 Desember 2011

Puisi: Penantian tanpa tepi

Puisi: Penantian tanpa tepi
Oleh: Andin Adyaksantoro
Jakarta, 04 Desember 2011

Sejuta rasa telah menyelimuti hati nan terdiam dalam heningnya sang waktu yang berlari perlahan
membatasi seribu bayang yang berusaha mengukir nama indahmu dalam pesona sang kalbu
menggoreskan tinta emas yang memanggil namaku untuk membentuk sebutir mutiara keriduan
namun...sejumput rumput nan kering telah menutupi semua asa nan terhampar merunduk

Adakah sang awan akan terus memayungi bentangan sutera jiwamu yang menghentak rasa
adakah sejuta keindahan telah menepuk pundak sang bukit yang terjal berliuk...
hanya butiran pasir di pantai putih yang kan mendengarkan penantian hati sang kura-kura elok
dalam keheningan hati yang terguratkan dalam debur ombak yang bergelora
memecah kesunyian malam...yang terhempaskan dalam butir-butir mutiara ketermenungan diri

Tak ada lagi sepenggal cerita yang kan mengakhiri ujung kata tanpa tepi ini...
tak ada lagi semilirnya sang bayu yang kan menjemput sang Nakhoda dari berlayarnya...
yang ada adalah sebuah penantian yang tak berujung di muara sang Laut yang membiru
menanti dalam sepinya batu karang yang terhempaskan oleh debur ombak yang menerjang...

Sang burung Bangau telah terbang dari atap kerinduannya yang menebar rasa
kembali pada kesenjangan warna yang membatasi lembayung senja di ujung arah sang mentari
namun....masih adakah sang Camar yang terbang mengelilingi bulatan sang rembulan malam...
hanya sang embun pagilah yang kan tahu......
kemana sang Mentari pagi kan terbit ...
membawa cerita baru ke pada sang Pelangi yang menantinya...