Kamis, 22 Juli 2010

Puisi: Ketermenunganku

Puisi: Ketermenunganku
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/
http://adyaksantoro.blogspot.com/
22 Juli 2010

Sudah sekian lama ku termenung diri
menatap air sungai yang ada di depanku...
mengalir ...jernih dan menyegarkan mata...
membuatku terlena ...membuatku terpesona....

ketermenunganku...terasa indah saat ku sandarkan diri pada hamparan bumi
yang menemaniku ...di saat daku terlena diri...
tanpa suara...tanpa bunyi yang mengusikku...
semuanya terasa hening....sunyi dan indah....

Hamparan sawah yang menguning...telah menggoda mata hatiku
membuatku ingin berlari ke sana...dalam rengkuhan sang padi
yang lebat dan menjanjikan kemakmuran...dan kecerdasan alam...
betapa indah karunia-Mu...

Senandung indah hatiku turut menyemarakkan nuansa kegembiraanku
karena ...hatiku sedang bahagia...dalam keheningan yang menyeruak kalbu
yang membuatku ingin menuliskan seuntai puisi indah untuk sang alam...
yang menantiku dalam keheningan yang menyejukkan jiwa....

Indahnya alam telah menghipnotis semua jemariku untuk menorehkan bait puisi ....
segaris dan selengkung puisi kan ku ukir indah dalam pasir indah ini...
di atas sungai yang mengalir syahdu....melukiskan indahnya sang air mengalir...
meninggalkan kenangan indah di atas pasir yang tergeser perlahan ...menyibak kalbu...

Pesona air ini telah merenggut waktu indahku...untuk terus menyusuri lekuk-lekuknya...
menyusuri tepi sungai yang dangkal namun...jernih dalam hamparan air yang menyegarkan...
suara gemiricik air telah membuat hatiku teduh dan damai...
memandang sang ikan kecil berenang bebas dalam rengkuhan sang dewi air yang cantik dan elok....
indah dan menawan hati .....menggugah hatiku dalam pucuk dedaunan yang menghijau di sini....
di tepi sungai yang mempesona alam ini....

Puisi: Resah hati ini

Puisi: Resah hati ini
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/
http://adyaksantoro.blogspot.com/
22 Juli 2010


Terasa resah hati ini...
tak kala daku tak bisa mendapatkan harapanku
untuk menyelesaikan tulisanku yang tinggal dua tiga bait
meski sudah kulakukan dengan kesungguhan hatiku....

Menulis memang mudah untuk diucapkan....
namun...ternyata sulit untuk dituliskan...
meski segudang kemauan untuk menulis ada
namun...keinginan tinggallah keinginan...
jikalau tiada daya untuk menulis lagi....

Sudah kuangkat diriku tinggi-tinggi...
sudah kusanjung diriku dengan semangat yang membara...
namun...kenapa...jemari ini tak mau juga tergerak hatinya...
untuk menuliskan dua tiga bait kata indah ...untuk ku....

Ternyata..,kemauan saja...tanpa usaha...tak kan terwujud dengan indah
jikalau ...tanpa tindakan nyata ...untuk memulainya...
yach....memulailah...yang utama....setelah itu...serahkan pada jemari ini...
untuk menyelesaikannya....untuk menghiasi tuts komputer ini dengan hatinya....

Daku ternyata belum bisa seide sepakat dengan jemariku
daku ternyata belum ada niat untuk memulainya....
kapan...aku kan harus merayu hatiku sendiri ...untuk memulai menulis...
jikalau...daku sendiri tak memberi semangat untuk terus melangkah maju....

Hari-hari terus terlewati tanpa satu tulisan pun yang mengena di hati...
tanpa ada kesan lagi dalam bait tulisanku yang ada di pemikiranku...
semuanya memang ada...namun hanya ada dalam benak ku saja...
belum tertuang dalam wujud yang nyata....sebuah tulisan yang indah...

Kucoba untuk kembali membangunkan diri ini...
kucoba kembali untuk bangkit dari keterlenaanku
yang semakin lama semakin membebani jiwaku...
untuk bangkit dan berkarya lagi....seperti yang dulu...
saat-saat jemari indah ini menghiasi halaman hatiku yang tegar....

Kupandang ke atas...ke langit yang indah mempesona...
langit yang biru ...yang memandangku dengan senyum indahnya...
mengajak ku untuk kembali menekuni tulisanku....
yang tak kan pernah hadir lagi...dalam kelembutan nuansa alamnya....

Puisi: Burung-burung kecil

Puisi: Burung-burungi kecil
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
http://pelangipelangiku.blogspot.com/
http://adyaksantoro.blogspot.com/
22 Juli 2010


Burung-burung kecil di atas dahan terus berkicau
memperdengarkan suaranya yang merdu ...merayu
menggelengkan kepalanya...ke atas dan ke bawah...
senandung rindu pada sang kekasih yang terbang di angkasa....

Kicau burung kecil telah merubah nuansa alam....
yang sunyi menjadi indah dan menyejukkan hati...
merasakan getar sanubari yang tersentuh lara
menjadi melayang...menebar pesona pada sang mentari yang bersinar ceria...

Alam menjadi tersenyum indah pada sang dahan yang menunduk malu
merasuk sukma pada sang awan yang tertawa gelak
melihat sang Kambing berlari ...saling berkerjaran dengan sang tupai...
yang melompat ke pohon ....menikmati makanannya yang lezat dan mempesona....

Kehidupan ini terus berjalan perlahan namun pasti...
merayap dalam kesunyian alam yang terlamun diri
menanti sang mentari beranjak dari singgasananya...
memeluk dahan pada rangkulan sang awan yang tersenyum geli....

Kususuri keindahan alam ini dalam kedamaian hati yang terlukis indah
memandang mentari pada sinarnya yang elok
berwarna warni ....menepuk hati yang sedang gundah...
memberi cahaya semangat yang tak kan padam....hingga akhir waktu....

Senin, 19 Juli 2010

Puisi: Dalam setiap langkahku

Puisi: Dalam setiap langkahku
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
14 Juli 2010

Dalam setiap langkahku menyusuri sungai kecil ini
Ku selalu ingat dirimu….dengan nada getir suara air yang gemericik…
Mengingatkan akan kampung halamanku yang jauh di seberang sana…
Yang tenang dan damai….dalam keterdiaman diri….

Kususuri jalanan ini…yang dulu merupakan pematang sawah…dengan hati yang tertatih
Mengenang akan perjalanan kita yang pernah bersama….
Tertawa dan bergelak tawa canda bersama…..
Kadang …saling tarik menarik yang diakhiri dengan saling senyum…. penuh arti….

Kau dendangkan senandung lagu ceria…lagu anak-anak…yang penuh dengan keceriaan
Penuh dengan nada humor dan kosakata yang santun dan anggun….
Kau torehkan namaku pada dahan pohon yang rindang di tengah sawah yang menghijau
Dan kau tatap binar bola mataku dengan pandangan penuh tanya….apakah engkau juga demikian…

Kini…pematang sawah itu telah tiada….berganti dengan gedung yang bertingkat…
Sudah ramai dengan pejalan kaki yang hilir mudik mengejar bayangannya sendiri…
Menatap sang langit dalam keterdiaman diri yang membisu…tertegun….
Berpencar dan menari-nari dalam senandung sang waktu yang terus tertawa riang….

Tak ada lagi senandung seruling dan langgam gending-gending jawa yang kental di telingaku
Juga tak ada lagi kicau burung yang beterbangan mencari sebutir padi di sawah…
Yang ada adalah hingar bingar kendaraan di jalan raya yang melengking saat melewati sungai ini…
Sungai yang dulu kulihat begitu lebar dan panjang….kini…terlihat sempit dan nampak berdebu….

Kubiarkan..waktu terus berlalu menyusuri sudut-sudut kota ini…
Melepaskan senyum dan candanya pada sang tembok yang memutih sayu
Melemparkan salam candanya tentang kisah sungai yang dulu jadi sumber mata air desa…
Kini telah lelah termakan usianya yang semakin senja…dan tak terlihat lagi senyumnya yang indah…
Seperti dulu…saat kita duduk bersama di tepi sungai yang sejuk dan menyegarkan nafas kita….
Saat ku genggam jemari mu…dan kau tertunduk malu padaku….aku pun juga demikian…..

Puisi: Surat untuk dinda

Puisi: Surat untuk dinda
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
14 Juli 2010

Saat ini …kanda melamunkan dinda…disini…
Melamunkan tentang wajah cantik dinda…
Tentang budi baik dinda yang anggun…
Yan g tak dapat kanda lupakan…meski sejenak…

Apakah dinda di sana sehat-sehat saja…
Apakah dinda di sana juga melamunkan kanda….?
Semoga saja…dinda mau berbagi hati dengan kanda..di sini…
Walau dalam nafas yang tertahankan….

Kanda …beberapa hari ini …serasa muram saja…
Mengingat dinda yang tak pernah lagi menulis surat untuk kanda…
Adakah dinda sakit…. Atau …dinda melupakan kanda….
Semoga saja…perasaan kanda ini …tak tersentuhkan di hati…

Surat kanda sudah lima kali kanda layangkan ke dinda…
Namun…tiada jua …dinda balas….meski secuil kata….
Ini …yang membuat kanda…serasa makan sekam….
Tak dapat tidur …tak dapat mimpi indah tentang dinda…

Kanda harap…dinda mau membalas surat kanda ini…
Meski….tanpa kata satu patah pun…., kanda sudah bahagia…
Asal …dinda tetap merindu sama kanda….
Rindu yang setulus hati…untuk kanda….

Rerumputan hijau di hamparan ini …telah menghijau…
Kupu-kupu cantik telah beterbangan di angkasa…
Menuju alam kebebasan ….tuk meraih rasa rindu pada pasangannya….
Apakah…dinda juga merindukan kanda…..?

Mengapa dinda tak jua berpantun kata….
Apakah dinda …sedang galau di hati….
Kuharap…dinda tetap mau menatap kata hati kanda….
Meski…kanda tahu…mungkin dinda sedang galau pada kanda….
Kanda tetap menanti…kata jawab dari dinda yang terkasih……..
Puisi: Tanpamu
Oleh: Andin Adyaksantoro
13 Juli 2010

Langkah lelahku mulai menjerit …memekik…
Mencoba menghentikan langkah kakiku yang terus melaju
Berjalan melangkah ke depan…menapak hari esok yang nampak nyata
Meski…samar …berkabut….dan kadang tersirami hujan air mata… .

Aku telah lelah untuk mencoba lagi…
Daku telah letih untuk terus berlari mengejarmu…
Akankah kau berhenti …dan menolehku…
Melepaskan senyum indahmu padaku yang tersiram rasa rindu di hati…

Kucoba untuk terus mengejarmu….kemana pun dikau pergi…
Namun….kau semakin pintar untuk berkelit dan memutar arah
Membuatku semakin bingung dan nyaris putus asa….
Kemanakah…dikau kan pergi….?

Hari makin menguliti diriku
Membuatku semakin jauh dari pandanganmu….
Kucoba lagi untuk terus berlari meraihmu….
Namun…kau malah tertawa…dan terus tertawa….

Aku tak tahu….kemana arah yang harus kutuju…
Kadang kau muncul dalam bayang indahmu….
Namun….terkadang kau menghilang dari bayang asaku…
Akankah daku tak dapat meraih jemari harapanku….

Daku terus berlari…mencari …dan terus mencari…
Arah mana yang terbaik untuk ku….
Jalan mana yang terbaik untuk langkahku…
Namun…kau tetap tak nampak lagi di peluk bayanganku….

Harapan….dan rasa ingin meraih mu…
Terus bergelora di hatiku…
Namun….aku seperti kapas yang beterbangan….
Tanpa dapat meraih secuil hati indahmu….untuk ku….
Aku hanya bisa berharap…tanpa harapan yang pasti….

Waktu terus berputar mengitari porosnya….
Mengikuti langkahku yang semakin letih….
Tanpa terasa….daku mulai ragu akan kemampuanku….
Akankah daku meraih harapanku….asaku yang tergantung di kalbuku….
Aku tak tahu….harus bagaimana lagi…ku melangkah…mengitari relung hatimu….
Hanya senyum indahmu yang kubayangkan dalam mimpi indahku …tanpamu…

Puisi: Senja mulai beranjak

Puisi: Senja mulai beranjak
Oleh: Andin Adyaksantoro
13 Juli 2010

Senja mulai beranjak dari langkahnya
Berjalan dengan gontai…tanpa arah…
Melenggak…melenggok …dalam nada tertatih
Menggapai dedauan yang mulai layu tertunduk luruh

Kesempatan untuk bertemu denganmu…telah pupus
Telah hilang dalam keterpanaanku yang terjuntai …kaku…
Menggelar senyum yang tak lagi terasa indah
Menebar mewangian yang hanya terisap oleh sang semut nakal….

Ranting ini sudah lama tak tersirami lagi…
Dahan ini sudah lama tak memanjat lagi…
Mengapa dirimu masih jua mau tersenyum indah padaku…
Padahal daku…sudah lama tak berlari lagi…merengkuh hatimu….

Adakah hari-hari indahku kan makin indah bercahaya lagi….
Ataukah …kan kelam seperti debu yang tertiup sang bayu ….yang menghilang…
Tanpa pernah ada kenangan indah lagi …di sisiku….
Saat kita masih bersama….bercanda dan menari bersama….

Kerlap-kerlip cahaya lampu terus mengalunkan nada indah di relung hatiku
Meski kini kurasa tak seindah dulu lagi…
Namun….cahaya ini masih juga mau menyinariku dengan lembutnya…
Selembut sentuhan jemarimu di hatiku yang tandus dan gersang….

Mungkin….esok …kita kan bakal bersua…
Dalam keheningan dan keterdiaman yang anggun…
Ataukah ….tersemaikan dalam keheningan yang merintih….
Menapak dalam keteduhan hati yang tersentuh …diam….

Puisi: Hening dalam keramaian

Puisi : Hening dalam keramaian
Oleh: Andin Adyaksantoro
andinadyaksantoro@ymail.com
13 Juli 2010

Malam hening kudengarkan dengan perlahan
Merayap dalam kelamnya desir angin yang terlena
Menatap senyum sang rembulan yang terpekur luruh
Membelai udara malam yang berkabut sepi…..

Saat kubaca surat indahmu dalam temaramnya cahaya lampu yang berpijar
Perlahan dan sangat perlahan
Kubuka untai demi untai ….bait demi bait…
Terasa ada yang kelu di dadaku yang tegar ini….

Jauh sudah ku melangkah …meninggalkanmu ….
Menjauh dari asa yang berpendar ….
Menjauh dari rasa getar yang kau alunkan….
Menyepi dalam heningnya sang malam …..

Kusenandungkan doa malam …untukmu…
Agar kau dapat meresapi alunan nada getirku
Betapa rasa ini sudah semakin mendekat di hatiku
Rasa yang tak lagi ada di lubuk hati….
Rasa yang mulai menipis dari sang kabut malam….
Menepi dari ramainya dengung sang lebah madu….

Ketersendirikan dalam keramaian yang menjulang
Telah membuatku luluh dalam kehampaan rasa
Tanpa ada lagi sendu yang bernyanyi….
Tanpa ada lagi asa yang tergolek…pupus…
Hening dalam keramaian……menepi dari sepi….

Senin, 05 Juli 2010

Puisi: Saat-saat terindah

Puisi: Saat-saat terindah
Oleh: Andin Adyaksantoro
Yogyakarta, 06 Juli 2010


Saat-saat terindah dalam hidupku....
tak kala kau sentuhkan jemari hatimu di pelupuk jiwaku
saat kau tatap binar bola mataku dalam keterpanaan diri
di saat daku memerlukan dirimu ...tuk menutup luka hatiku....

Saat kau rengkuh jemari hatiku dengan lembut
di saat itulah kutemukan jati diriku dalam pesona jiwaku
saat terindah yang menghiasi bola hidupku yang tergugah
saat kau berikan senyum indahmu pada binar semangatku....

Indahnya hidup terus kurasakan hingga kini...
saat kau tiada lagi di sisiku....
saat kau pergi meninggalkanku.....dalam kesendirian...
daku tetap mengenang indahnya bunga melati di hirup nafasku

Meski kini....kau tiada lagi menenaniku dalam kesenyapanku...
daku tetap mengenangmu....dalam keseharianku
semangatmu....kobaran jiwamu yang tetap abadi....
terus menyala dengan terangnya dalam sinar sanubariku yang bergelora
menyambut uluran tanganmu yang lembut dan anggun di rentang jemariku...
menghiasi pernik-pernik kehidupanku yang terus melambung ...tinggi....
menggapai cahaya kemilaumu yang gemerlap di Pelangi indahku....