Senin, 19 Desember 2011

Puisi: Semangatku

Puisi: Semangatku
Oleh: Andin Adyaksantoro
Jakarta, 19 Desember 2011

Semangatku adalah curahan jiwaku...
gejolak nadiku yang terus bergelora...
melompat tinggi dan terus tinggi...ke angkasa...
membahana di setiap sudut alam nan curang dan terjal...
membawa perubahan dalam setiap detak jantungku...

Semangatku kan terus kupupuk dengan sejuta air mataku...
dengan seribu penderitaanku...
dan dengan sepuluh jemari ku yang mencengkeram dengan kuatnya...
menggenggam sejuta impian dalam setiap desah nafasku...

Semangatku tak kan pernah luntur dan terabaikan oleh sang waktu...
terus berlari dalam gelapnya sang rembulan malam.... maupun terangnya sang surya...
mendaki terjalnya bukit yang menjulang tinggi...
dan menuruni lembah ngarai nan curam menanti...
semuanya demi satu tujuan yang pasti...
meraih dan menggenggam erat impianku di tanganku...

Aku tak kan mundur dan menyerah dengan sang waktu...
kubiarkan diriku terus berlari dan berlari...dengan sekuat dayaku...
menembus batas waktu yang menghadangku...
demi sebuah janji di hatiku...
yang tak kan pernah padam dalam terjangan sang badai nan menghadangku...

Puisi: Kutelusuri jalan ini

Puisi: Kutelusuri jalan ini
Oleh: Andin Adyaksantoro
Jakarta, 19 Desember 2011


Kutelusuri jalanan ini kembali...
jalanan ya ng pernah aku lalui bersama dirimu ...di saat temaram yang lalu...
di saat kau dan aku saling bercanda ria...dan saling bertatap pandang...
pandangan yang penuh makna dan arti...bagi diriku...

Kenangan indah ini ...telah memupuk rasa di hatiku...
rasa yang tak pernah ada sebelumnya...
mungkin...inilah rasa yang ingin ku tuangkan dalam sebaris kata puisi di sini...
rasa yang membuat diriku tak ingin meninggalkan dirimu ...sendirian...

Kini...waktu telah berlalu meninggalkan tapak-tapak hati nan tergores lara...
tak ada kata pisah dari diriku...maupun dirimu...
namun...kita tak pernah lagi saling bersua...setelah itu...
dan...kini..rasa itu masih menari-nari dalam pelupuk kalbuku...

Tak ada kata perpisahan yang terbaik dalam sejuta pesona di hatiku..
untuk selalu memandang wajahmu nan ayu...
namun...sang waktu jua lah yang memisahkan diri kita...
waktu yang membuat daku dan dirimu...menjauh karena tiadanya keterpaduan hati...
tiada lagi kasih dan mesra...seperti saat sang Pelangi tersenyum penuh makna pada kita berdua

Senin, 12 Desember 2011

Puisi: Senja telah temaram

Puisi: Senja telah temaram
Oleh: Andin Adyaksantoro
Jakarta, 13 Desember 2011

Saat senja telah temaram...
hatiku semakin mendekat akan kehadiranmu...di bayang pelupuk mataku...
keheningan makin menusuk ke dalam sendi-sendi tulangku...
membungkus dan membalut rasa kerinduan yang mendera...

Sang waktu telah lama menemaniku dalam kebekuan diri...
menutup segala rasa yang pernah ada di hatiku...
rasa yang indah dan menyejukkan...
yang kini...telah hilang ...tertelan oleh derunya sang waktu yang berlalu...

Keterdiamanku selama ini...telah membuatmu semakin tak berdaya...
karena daku memang juga tak berdaya untuk merubah sang waktu yang menantiku
yang mengelilingiku...hingga ku tak dapat lagi bercermin diri...
membias dalam kebisuan yang menerpa sang malam nan purnama...

Biarlah keterdiaman ini sebagai jawab dari kehadiranmu yang tersentuhkan rasa
rasa yang sudah lama hilang dari peraduan bayang mimpi indahku...
kubiarkan berlalu...seperti asap yang mengepul di atas awan...
memayungi segala kerinduan yang terhenti tanpa pesan...

Senin, 05 Desember 2011

Puisi: Lirikan sang waktu

Puisi: Lirikan sang waktu
Oleh: Andin Adyaksantoro
Jakarta, 05 Desember 2011

Lirikan sang waktu telah menepuk pundak semangat sang Pujangga untuk terus berlari
mengejar sejuta warna Pelangi yang berpendar di atas sang Langit
menebar senyum merekah pada sang Awan yang memandang penuh kekaguman
menepis segala rasa yang menumpuk pada seribu butir peluh rintik sang hujan...

Kegamangan hati telah meluruhkan segala sendi kesetiaan jiwa
namun...asa tetaplah harus terus berpijar dalam gelora yang berhembus lirih
menapak terjalnya bukit dan ngarai yang landai berliak liuk
menembus batas penantian hati yang terbias pada sang Pujangga hati yang merindu

Adakah hati sang Pelangi berpalung di hatinya yang tersipu
adakah kerinduan ini tergumpal dalam sejuta asa nan tak bergeming...
hanya sang Pelangi lah yang kan mengerti...
mengapa sang rintik hujan selalu turun bersamanya...di saat sang mentari tak mengikutinya...

Kerinduan pada sang bulan purnama tak tergoyahkan pada sang mentari pagi
meski sang malam menyelimuti sejuta hati nan terpekur lirih..
namun sang Pujangga tetaplah menarikan sepuluh jemarinya untuk melukis kata indahnya..
untuk sang kekasih hati yang terasa memeluknya ...
di saat sang rembulan turun dari singgasananya....
untuk mengucapkan salam sayang...darinya yang tersipu malu....

Sabtu, 03 Desember 2011

Puisi: Penantian tanpa tepi

Puisi: Penantian tanpa tepi
Oleh: Andin Adyaksantoro
Jakarta, 04 Desember 2011

Sejuta rasa telah menyelimuti hati nan terdiam dalam heningnya sang waktu yang berlari perlahan
membatasi seribu bayang yang berusaha mengukir nama indahmu dalam pesona sang kalbu
menggoreskan tinta emas yang memanggil namaku untuk membentuk sebutir mutiara keriduan
namun...sejumput rumput nan kering telah menutupi semua asa nan terhampar merunduk

Adakah sang awan akan terus memayungi bentangan sutera jiwamu yang menghentak rasa
adakah sejuta keindahan telah menepuk pundak sang bukit yang terjal berliuk...
hanya butiran pasir di pantai putih yang kan mendengarkan penantian hati sang kura-kura elok
dalam keheningan hati yang terguratkan dalam debur ombak yang bergelora
memecah kesunyian malam...yang terhempaskan dalam butir-butir mutiara ketermenungan diri

Tak ada lagi sepenggal cerita yang kan mengakhiri ujung kata tanpa tepi ini...
tak ada lagi semilirnya sang bayu yang kan menjemput sang Nakhoda dari berlayarnya...
yang ada adalah sebuah penantian yang tak berujung di muara sang Laut yang membiru
menanti dalam sepinya batu karang yang terhempaskan oleh debur ombak yang menerjang...

Sang burung Bangau telah terbang dari atap kerinduannya yang menebar rasa
kembali pada kesenjangan warna yang membatasi lembayung senja di ujung arah sang mentari
namun....masih adakah sang Camar yang terbang mengelilingi bulatan sang rembulan malam...
hanya sang embun pagilah yang kan tahu......
kemana sang Mentari pagi kan terbit ...
membawa cerita baru ke pada sang Pelangi yang menantinya...

Puisi: Memang tak mudah

Puisi: Memang tak mudah
Oleh: Andin Adyaksantoro
Jakarta, 03 Desember 2011

Memang tak mudah untuk melupakan kenangan lama yang indah
yang membuat semerbak harum bunga di taman hatiku...
yang membuat sang Pelangi turun dari singgasananya...
itu semua karena... kenangan yang menebar di angkasa

Harumnya bunga bunga tak seindah dengan senyum merekahmu nan mempesona...
yang kau torehkan di nadi jantungku yang berdetak
cantiknya kupu-kupu yang terbang di belantara dedauan nan menghijau
tak secantik bola matamu yang redup dan sayu...
membuat daku seakan terbang ke langit yang ke tujuh...tuk melupakan kenangan itu

Memang .... sulit untuk disyairkan dalam nada puitis yang berliku
ku tak sanggup untuk mengukir kenangan lama yang menutup rasa di jiwaku
namun...bagaimana pun...kenangan itu telah berlalu....dan tak kan mungkin kembali hadir...
meski sang bayang mimpi indah mencoba untuk membangunkan diriku...
namun...ku tak kan mau terbangun...untuk mengikutinya...

Biarlah sang waktu mengunci pintu hatiku untuk selama-lamanya...
agar masa lalu itu tak kan lagi hadir di sini....dalam rinai sang hujan nan rintik...
yang turun membasahi jemari hatiku...
daku hanya ingin...menikmati hari hariku ...seperti hari ini ....

Ku harap sang bunga Padi tumbuh dengan tegarnya...
kokoh dan kuat
setegar sang burung Rajawali yang terbang melayang...
tinggi dan tinggi sekali...hingga hilang di pelupuk sang mentari pagi....